I.PENGERTIAN DOA – PUASA untuk Tubuh, Jiwa & Roh
Firman Allah
mengajarkan, bahwa kita manusia adalah satu pribadi dengan tiga unsur, yaitu
roh, jiwa dam tubuh (I Tes. 5:23). Para ahli menyebutkan “Trikotomi”. Jadi,
sasaran puasa kita seharusnya juga ada tiga dan harus jelas, bila anda / saya
berpuasa, untuk sasaran yang mana.
A.
PUASA UNTUK JASMANI.
Ada saatnya, kita
berpuasa terutama adalah untuk kepen-tingan tubuh. Bentuk ini disebut ‘diet’
(bukan di-eat!) Mengapa? Sebab tubuh kita adalah wadah / tempat bagi roh dan
jiwa. Lebih dari itu. ‘rumah’ bagi Roh Allah (I Kor. 3:16).
Bila tubuh kita sakit,
maka seluruh kehidupan kita terganggu (Ibadah, doa, bekerja, belajar, dsb).
Jadi ikut tergendala!
Dengan bertambah
majunya Ilmu Pengetahuan, maka fungsi tubuh yang sehat makin diutamakan. Bahkan
sampai di pelosok / pedalamanpun saat ini orang sudah mendengar istilah
Kholesterol, Hipertensi, Diabetes, Jantung Sehat, Aerobik, dsb.
Bahkan, pepatah para
olahragawan mengatakan, bahwa : “Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang
sehat.”
Entah sampai di mana
kadar kebenaran istilah ini. Tapi se-tidaknya, istilah ini lahir dengan tujuan
yang baik. Kemudian muncul sebuah motto : ”Memasyarakatkan olah raga dan
mengolahragakan masyarakat.” Hingga akhirnya, orang bukan hanya memikirkan
tentang ’makan enak’, tapi juga kalau perlu menghindari ’makan enak’ (= puasa),
demi kesehatan fisik.
B.
PUASA UNTUK JIWA.
Kita mengenal beberapa
filsuf kondang Yunani. Salah satu di antaranya bernama Sokrates. Sokrates
dikenal oleh sahabat-saha-batnya sebagai seorang yang selektif dalam menerima
berita. Ia hanya mau yang benar, yang baik dan yang bermanfat. Akhirnya,
teman-temannya itu mencetuskan suatu istilah ’Saringan Sokrates’. Namun kemudian, kami menemukan dalam Firman Tuhan sesuatu yang
melebih ’Saringan Sokrates’ itu (Filipi 4:8).
Para ahli menyebutkan,
bahwa jiwa manusia itu berbicara tentang pikiran, perasaan dan kemauan /
kehendak. Beberapa yang lain memakai istilah yang lebih ’Elite’ : Intelgensi,
Memori, Emosi dan Mentalitas. Jadi, apa yang dimaksud dengan ’puasa jiwani
itu’? Watchman Nee memakai istilah ’Disiplin Mental’. Maksudnya, puasa jiwani
ialah :
Belajar
mengekang pikiran.
Pikiran jangan
dibiarkan terlalu lelah memikirkan hal-hal yang negatif dan juga jangan terlalu
’rakus’ – hingga hal-hal yang sebenarnya tak patut dipikirkan / merugikan /
mengotori, dimasukkan semua dalam pikiran kita. Akhirnya, pikiran kita menjadi
’sakit’ – karena kena ’polusi’ atau ’terkontaminasi’.
1.
Prinsip yang sama juga berlaku untuk mendisiplinkan perasaan
(tersinggung, kecewa, dst).
2.
Juga sama untuk mengekang kemauan yang seringkali tidak sesuai
dengan kehendak Allah.
Bacalah : Mzm. 116:5-8
; Ams. 27:9 ; Mzm. 34:18,19.
C.
PUASA UNTUK ROH.
Secara praktis, yang
dimaksud puasa untuk rohani adalah mengurangi / menghentikan semua kegiatan
aktivitas yang lain, demi kemajuan / kekuatan rohani kita.
Contoh :
-
Tinggalkan pesawat TV (walau acaranya sangat menarik), lalu masuklah kamar
untuk berdoa. Lipatlah surat kabar / majalah anda, lalu bacalah Alkitab.
-
Batalkan rencana untuk ’cuci mata’ di Shoping Centre dan pergilah ke acara
’praise and worship’.
1.
Ada orang Kristen yang berpuasa dalam arti tidak makan dan tidak
minum sejak matahari terbit sampai matahari terbenam. Ia menjadi begitu bangga
akan ’prestasi’nya itu dan menjadi sangat ’sukacita’.
Namun, ternyata ……
maaf …… yang rakus tetap rakus yang kikir tetap kikir dan yang pemarah tetap
pemarah! Puasa seperti ini kelihatan sepintas sukses secara jasmani, tapi gagal
untuk meningkatkan mutu / kondisi rohaninya! Puasa yang berhasil adalah :
Melalui doa-doa puasa kita, yang kikir menjadi suka mem-beri, yang pemarah jadi
sabar dan yang pendendam dapat memberi ampun.
Jangan sampai kita
puas dengan ’prestasi’ lita tidak makan dan tidak minum sepanjang hari, tapi
tidak terjadi perubahan apa-pun dalam karakteristik kita. (Renungkan : Mzm.
73:1-14, 16-24).
No comments:
Post a Comment